A.
Definisi Belajar
Belajar berasal dari kata benda dasar ajar artinya
petunjuk yang diberikan kepada seseorang supaya diketahui. Dengan demikian
belajar mempunyai beberapa arti yaitu berusaha memperoleh kepandaian atau ilmu,
berlatih dan berubah tingkah laku atau tanggapan yang disebabkan oleh
pengalaman.
Skinner, seorang pakar teori belajar dalam buku Educational
Psychology berpendapat bahwa belajar adalah suatu proses adaptasi
(penyesuaian tingkah laku) yang berlangsung secara progresif. Pendapat ini
diungkapkan dengan pernyataan ringkasnya, bahwa belajar adalah: “…a proces
of progressive behaviour adaptation ”. Berdasarkan eksperimennya, Skinner
percaya bahwa proses adaptasi tersebut akan mendatangkan hasil yang optimal
apabila belajar diberi penguat (reinforcer).
Hintzman dalam bukunya The
Pshycology of Learning and Memory berpendapat bahwa: “learning is a
change in organism due to experience which can affect the organism’s behaviour”.
Jadi dalam pandangan Hintzman, perubahan yang ditimbulkan oleh pengalaman dapat
dikatakan belajar apabila mempengaruhi organisme.
Dalam penjelasan selanjutnya, Hintzman menambahkan bahwa pengalaman hidup
sehari-hari dalam bentuk apa pun sangat memungkinkan untuk diartikan sebagai
belajar. Alasannya, sampai batas tertentu pengalaman hidup juga berpengaruh
besar terhadap pembentukan kepribadian organisme yang bersangkutan. Mungkin
inilah dasar pemikiran yang mengilhami gagasan everyday learning yang
dipopulerkan oleh Profesor John B. Biggs.
Biggs sendiri mendefinisikan belajar menjadi tiga macam rumusan, yaitu
rumusan kuantitatif, rumusan institusional dan rumusan kualitatif. Dalam
rumusan-rumusan ini kata seperti perubahan dan tingkah laku tidak
lagi disebut secara eksplisit mengingat kedua istilah ini menjadi kebenaran
umum yang diketahui semua orang yang terlibat dalam proses pendidikan.
Secara kuantitatif, belajar berarti kegiatan pengisian atau pengembangan
kemampuan kognitif dengan fakta sebanyak-banyaknya. Jadi, belajar dalam hal ini
dipandang dari sudut berapa banyak materi yang dikuasai siswa.
Secara institusional, belajar dipandang sebagai proses validasi terhadap
penguasaan siswa atas materi-materi yang telah mereka pelajari. Ukurannya
adalah semakin baik mutu mengajar yang dilakukan guru maka akan semakin baik
pula mutu perolehan siswa yang kemudian dinyatakan dalam bentuk skor atau nilai.
Adapun pengertian balajar secara kualitatif
adalah proses memperoleh arti-arti dan pemahaman-pemahaman serta
cara-cara menafsirkan dunia disekeliling siswa. Belajar dalam pengertian ini
difokuskan pada tercapainya daya pikir dan tindakan yang berkualitas untuk
memecahkan masalah-masalah yang sedang dan akan dialami siswa.
Berdasarkan berbagai pendapat para pakar yang telah diuraikan di atas,
secara umum belajar dapat dipahami sebagai tahapan perubahan seluruh tingkah
laku individu yang relatif menetap sebagai hasil pengalaman dan interaksi
dengan lingkungan yang melibatkan proses kognitif.
B.
Proses dan Tahapan Belajar
Proses berasal dari bahasa Latin processus yang berarti berjalan
kedepan. Kata ini mempunya konotasi urutan langkah atau kemajuan yang mengarah
pada suatu tujuan. Reber mengatakan dalam
psikologi belajar, proses berarti cara atau langkah-langkah khusus yang
dengannya beberapa perubahan ditimbulkan hingga tercapai nya hasil-hasil
tertentu. Jadi, proses belajar dapat diartikan sebagai tahapan proses perubahan
perilaku kognitif, efektif dan psikomotor yang terjadi dalam diri siswa.
Perubahan tersebut bersifat positif dalam arti berorientasi kearah yang lebih
maju dari pada keadaan sebelumnya.
Menurut Arno F. Wittig (1981) dalam bukunya Psychology of Learning, setiap
proses belajar selalu berlangsung dalam tiga tahapan yaitu:
1.
Tahap penerimaan informasi
2.
Tahap penyimpanan informasi
3.
Tahap memanggil kembali informasi
Pada tingkatan pertama seorang siswa mulai menerima informasi sebagai
stimulus dan melakukan respons terhadapnya, sehingga menimbulkan pemahaman dan
perilaku baru. Pada tahap ini terjadi pula asimilasi antara pemahaman dengan
perilaku baru dalam kesulurahan perilakunya. Proses penerimaan dalam belajar
merupakan tahap yang paling mendasar. Kegagalan dalam tahap ini akan
mengakibatkan kegagalan pada tahap-tahap berikutnya.
Pada tingkatan penyimpanan, seorang siswa secara otomatis akan mengalami proses penyimpanan pemahaman dan
perilaku baru yang mereka peroleh ketika dalam tahap penerimaan informasi.
Peristiwa ini sudah tentu melibatkan fungsi short term dan long term memori.
Pada tingkatan terakhir, peserta didik akan mengaktifkan kembali
fungsi-fungsi sistem memorinya seperti ketika menjawab pertanyaan atau
menyelesaikan masalah. Tahap ini pada dasarnya adalah upaya atau peristiwa
mental dalam mengungkapkan dan memproduksi kembali informasi yang tersimpan
dalam memori sebagai respons yang sedang dihadapi.
Menurut Albert Bandura (1977), seorang behaviouris moderat penemu teori social
learning, bahwa setiap proses belajar (terutama belajar social dalam
menggunakan model) terjadi dalam tahapan peristiwa berikut:
1.
Attentional Phase
2.
Retention Phase
3.
Reproduction Phase
4.
Motivation Phase
Dalam bukunya, Social Learning
Theory, Albert Bandura sebagaimana yang dikutip oleh Pressly dan McCormic
(1995:217-218) menguraikan tahapan-tahapan tersebut seperti tahapan-tahapan di
bawah ini.
Tahap Perhatian. Pada tahap pertama ini para siswa pada umunya memusatkan
perhatian pada objek materi atau perilaku model yang lebih menarik terutama
karena keunikannya dibanding dengan materi atau dengan perilaku lain yang
sebelumnya telah mereka ketahui. Untuk menarik perhatian para peserta didik,
guru dapat mengekspresikan suara dengan intonasi khusus ketika menyajikan pokok
materi atau bergaya dengan mimik tersendiri ketika menyajikan contoh perilaku
tertentu.
Tahap Penyimpanan. Dalam tahap ini informasi berupa materi dan contoh
perilaku model itu ditangkap, diproses dan disimpan dalam memori. Para peserta
didik lazimnya akan lebih baik dalam menangkap dan menyimpan segala informasi
yang disampaikan atau perilaku yang dicontohkan apabila disertai penyebutan
atau penulisan nama, istilah dan label yang jelas serta contoh perbuatan yang
akurat.
Tahap Reproduksi. Segala bayangan atau kode-kode simbolis yang berisi
informasi pengetahuan dan perilaku yang telah tersimpan dalam memori peserta
didik itu diproduksi kembali. Untuk mengidentifikasi tingkat penguasaan para
peserta didik, guru dapat menyuruh mereka membuat atau melakukan lagi apa yang
telah mereka serap.
Tahap Motivasi. Tahap terakhir dalam proses terjadinya belajar atau
pembelajaran adalah tahap penerimaan dorongan yang dapat berfungsi sebagai reinforcement.
Pada tahap ini, guru dianjurkan untuk memberi pujian, hadiah, atau nilai
tertentu kepada peserta didik yang kinerjanya memuaskan. Sementara mereka yang
belum menunjukkan kinerja yang memuaskan perlu diyakinkan akan arti penting
penguasaan materi atau perilaku yang disajikan guru bagi kehidupan mereka.
Seiring dengan upaya ini, ada baiknya ditunjukkan pula bukti-bukti kerugian
orang yang tidak menguasai materi tersebut.
C.
Cara Belajar yang Baik
Setiap peserta didik yang ingin
berhasil dalam belajarnya pasti akan berusaha agar tujuannya bisa tercapai.
Berbagai usaha dapat dilakukan untuk memperoleh hasil yang maksimal. Usaha
untuk memperoleh hasil yang maksimal pada intinya adala belajar dengan cara
yang baik, sesuai, tepat dan efektif. Namun model belajar setiap orang bisa
berbeda-beda karena pengalaman keberhasilan seseorang dalam studinya tidak
selalu sama persis. Maka disini akan disampaikan hal yang umumnya saja tentang
hal yang perlu diperhatikan untuk cara belajar dengan baik, di antaranya
adalah:
1.
Mempunyai Fasilitas dan Perabotan Belajar.
Orang yang belajar tanpa dibantu dengan fasilitas tidak jarang mendapatkan
hambatan dalam menyelesaikan kegiatan belajar. Karenanya fasilitas tidak bisa
diabaikan dalam masalah belajar.
Fasilitas dan perabot belajar yang dimaksud tentu saja berhubungan dengan
masalah materiil berupa kertas, pensil, buku catatan, meja dan kursi, mesin
ketik (sekarang umumnya komputer), kertas karbon dan sebagainya.
2.
Mengatur Waktu Belajar
Pelajar tidak bisa membagi waktunya akan menghadapi kebingungan, pelajaran
apa yang harus dipelajari hari ini atau esok hari. Mahasiswa akan merasakan
waktu yang terlalu sempit untuk melakukan sesuatu yang berhubungan dengan
masalah belajar.dengan demikian, pelajar atau mahasiswa jangan sekali-kali
mengabaikan masalah pembagian waktu ini, sekiranya ingin menjadi orang yang
sukses studi.
3.
Menguasai Bahan Pelajaran.
Setelah sekolah atau kuliah, jangan lupa untuk mengulangi bahan pelajaran
di rumah atau di asrama. Apa yang guru / dosen jelaskan tidak mesti semuanya
terkesan dengan baik. Tentu ada kesan-kesan yang masih samar-samar dalam
ingatan. Pengulangan sangat membantu untuk memperbaiki semua kesan yang masih
samar-samar itu untuk menjadi kesan-kesan yang sesungguhnya, yang tergambar
jelas dalam ingatan.
4.
Menghafal bahan pelajaran.
Menghafal bahan pelajaran merupakan salah satu kegiatan dalam rangka
penguasaan bahan.
5.
Membaca buku
Kegiatan membaca adalah kegiatan yang paling banyak dilakukan selama
menuntut ilmu di sekolah atau di perguruan tinggi.
6.
Membuat ringkasan dan ikhtisar.
Bagian kegiatan yang tidak kalah pentingnya dari semua kegiatan belajar
adalah membuat ringkasan atau ikhtisar. Kegiatan ini dilakukan dengan sadar dan
dengan tujuan tertentu. Kegiatan membuat ringkasan atau ikhtisar ini biasanya
seseorang lakukan setelah dia selesai membaca buku, suatu bab, atau sub bab
tertentu. Kegiatan membuat ringkasan atau ikhtisar ini tidak lain adalah
kegiatan yang berupaya untuk memadatkan isi dengan landasan kerangka dasarnya
dan menghilangkan pikiran-pikiran jabaran.
7.
Mengerjakan tugas
Selama menuntut ilmu di lembaga-lembaga
pendidikan formal, baik pelajar atau mahasiswa tidak akan pernah melepaskan
diri dari keharusan mengerjakan tugas-tugas studi. Tugas-tugas itu pun dapat
mengasah pemahaman para pelajar atau mahasiswa akan materi yang telah
diajarkan.
8.
Memanfaatkan Perpustakaan
Perpustakaan sebagai wadah berhimpunnya sejumlah literatur (buku) yang
diperuntukkan bagi mereka yang haus ilmu. dengan begitu, maka perpustakaan
terkesan menyenangkan dan menyejukkan bagi yang melihat dan mendengarnya.
Perpustakaan identik dengan dunia pendidikan. Maka sudah seharusnya fungsi
perpustakaan dimaksimalkan. Namun menurut pemakalah, ada baiknya perpustakaan
itu sendiri tidak digunakan untuk tempat belajar, karena adanya keramaian
pengunjung yang biasanya sesuai dengan banyaknya buku. Perpustakaan dijadikan
tempat mengambil informasi-informasi dalam buku-buku. Sedang tempat belajar
baiknya berada di tempat yang tidak terlalu ramai bahkan sunyi tenang. Misalnya
didekat pancuran air dan tempat yang rimbun pepohonan, dengan bunyi air yang
khas insya Allah bisa meningkatkan daya pikir dan berada ditempat yang kaya
oksigen bisa membuat suasana menjadi
sejuk dan membantu kinerja otak yang membutuhkan oksigen.
Dr. Rudolf Pintner mengemukakan bagaimana cara-cara belajar yang baik
sebagai berikut:
1.
Jangka waktu belajar
Dari berbagai percobaan ternyata jangka waktu belajar yang produktif
seperti menghafal, mengetik, mengerjakan soal hitungan dan sebagainya adalah
antara 20-30 menit. Jangka waktu yang lebih dari itu untuk belajar yang
benar-benar memerlukan konsentrasi perhatian relatif kurang atau tidak
produktif.
Jangka waktu tersebut tidak berlaku bagi mata pelajaran yang memerlukan
pemanasan, seperti sejarah, filsafat dan sebagainya.
2.
Pembagian waktu belajar
Belajar yang terus menerus dalam jangka waktu yang lama tanpa istirahat
tidak efisien dan tidak efektif. Sehingga dalam hal ini pembagian waktu belajar
sangat diperlukan. Hukum Jost yang sampai sekarang diakui kebenarannya yaitu 30
menit 2 kali sehari dalam 6 hari lebih baik dan efektif dari pada sekali
belajar selama 6 jam tanpa berhenti.
3.
Membatasi kelupaan
Bahan pelajaran yang telah kita pelajari sering kali mudah dilupakan. Maka
untuk menghindari kelupaan bahkan lupa sama sekali, dalam belajar perlu
diadakan review untuk mengingat kembali bahan yang telah dipelajari.
Adanya review ini sangat penting, terutama bagi bahan pelajaran yang
sangat luas dan memakan waktu beberapa semester untuk mempelajarinya.
D.
Prinsip-Prinsip dalam Belajar
1.
Kematangan jasmani dan rohani
Salah satu
prinsip belajar adalah harus mencapai kematangan jasmani dan rohani sesuai
dengan tingkatan yang dipelajarinya. Kematangan jasmani yaitu telah sampai pada
batas minimal umur serta kondisi fisiknya telah cukup kuat untuk melakukan
kegiatan belajar. Kematangan rohani artinya telah memiliki kemampuan secara
psikologis untuk melakukan kegiatan belajar. Misalnya kemampuan berpikir,
ingatan, fantasi, dan sebagainya.
2.
Memiliki kesiapan
Setiap orang
yang hendak melakukan kegiatan belajar harus memiliki kesiapan yakni dengan
kemampuan yang cukup baik fisik, mental maupun perlengkapan belajar. Kesiapan
fisik berarti memiliki tenaga yang cukup dan kesehatan yang baik, sementara kesiapan
mental, memiliki niat dan motivasi yang cukup untuk melakukan kegiatan belajar.
Belajar tanpa kesiapan fisik, mental dan perlegkapan akan banyak mengalami
kesulitan, akibatnya tidak memperoleh hasil belajar yang baik.
3.
Memahami tujuan
Setiap orang
belajar harus memahami apa tujuannya, kemana arah tujuan itu dan apa manfaat
bagi dirinya. Prinsip ini sangat penting dimiliki oleh orang belajar agar
proses yang dilakukannya dapat cepet
selesai dan berhasil. Belajar tanpa memahami tujuan dapat menimbulkan
kebingungan pada orang yang hilan kegairahan, tidak sistematis, atau asal ada
saja. Orang yang belajar tanpa tujuan ibarat kaal berlayar tanpa tujuan
terombang - ambing tak tentu arah yang dituju sehingga akhirnya bisa terlanggar
kbatu karang atau terdampar ke suatu pulau.
4.
Memiliki kesungguhan
Orang yang
belajar harus memiliki kesungguhan untu melaksanakannya. Belajar tanpa
kesungguhan akn memperoleh hasil yang kurang memuaskan. Selain itu akan banyak
waktu dan tenaga terbuang dengan percuma. Sebaliknya, belajar dengan sungguh –
sungguh serta tekun akn memperoleh hasil yang maksimal dan penggunaan waktu
yang efektif. Prinsip kesungguhan sangat penting artinya. Biarpun seseorang itu
sudah memiliki kematangan, kesiapan serta mempuyai tujuan yang konkret dalam
melakukan kegiatan belajarnya, tetapikalu tidak bersungguh- sungguh, belajar
asal ada saja, bermals-malas, akibatnya tidak memperoleh hasil yang memuaskan.
5.
Ulangan dan latihan
Prinsip yang
tak kalah pentingnya adalah ulangan dan latihan. Seseuatu yang dipelajari perlu
diulang agar meresap dalam otak, sehingga dikusai sepenuhnya dan sukar
dilupakan. Sebaliknya belajar tanpa diulang hasilnya akan kurang memuaskan.
Bagaimanapun pintarnya seseorang harus mengulang pelajarannya atau berlatih
sendiri dirumah agar bahan-bahan yang dipelajari tambah meresap dalam otak,
sehingga tahan lama dalam ingatan. Mengulang pelajaran adalah salah satu cara
untuk membantu berfungsinya ingatan.
E.
Saran-saran untuk membiasakan belajar yang optimal
dan efisien.
Berikut ini adalah saran-saran yang dikemukakan Crow dengan singkat dan
terinci untuk mencapai hasil belajar yang efisien:
1.
Miliki dahulu tujuan belajar yang pasti.
2.
Usahakan adanya tempat belajar yang memadahi.
3.
Jaga kondisi fisik jangan sampai mengganggu
konsentrasi dan keaktifan mental.
4.
Rencanakan dan ikutilah jadwal untuk waktu
belajar.
5.
Selingilah belajar itu dengan waktu-waktu
istirahat yang teratur.
6.
Carilah kalimat-kalimat topik atau inti
pengertian dari setiap paragrap.
7.
Selama belajar gunakan metode pengulangan
dalam hati (silent recitation).
8.
Lakukan meode keseluruhan (whole methode)
bilamana mungkin.
9.
Usahakan agar dapat membaca cepat tetapi
cermat.
10.
Buatlah catatan-catatan atau rangkuman yang
tersusun rapi.
11.
Adakan penilaian terhadap kesulitan bahan
untuk dipelajari lebih lanjut.
12.
Susunlah dan buatlah pertanyaan-pertanyaan
yang tetap, dan usahakan / cobalah untuk menemukan jawabannya.
13.
Pusatkan perhatian dengan sungguh-sungguh pada
waktu belajar.
14.
Pelajari dengan teliti tabel-tabel,
grafik-grafik dan bahan ilustrasi lainnya.
15.
Biasakanlah membuat rangkuman dan kesimpulan.
16.
Buatlah kepastian untuk melengkapi tugas –
tugas belajar itu.
17.
Pelajari baik-baik yang dikemukakan oleh
pengarang, dan tenanglah jika diragukan kbenarannya.
18.
Analisis kebiasaan belajar yang dilakukan, dan
cobalah untuk memperbaiki kelemahan-kelemahannya.
0 komentar :
Posting Komentar