Minggu, 09 April 2017

LEARNING (BELAJAR)

A.     Definisi Belajar
Belajar berasal dari kata benda dasar ajar artinya petunjuk yang diberikan kepada seseorang supaya diketahui. Dengan demikian belajar mempunyai beberapa arti yaitu berusaha memperoleh kepandaian atau ilmu, berlatih dan berubah tingkah laku atau tanggapan yang disebabkan oleh pengalaman.
Skinner, seorang pakar teori belajar dalam buku Educational Psychology berpendapat bahwa belajar adalah suatu proses adaptasi (penyesuaian tingkah laku) yang berlangsung secara progresif. Pendapat ini diungkapkan dengan pernyataan ringkasnya, bahwa belajar adalah: “…a proces of progressive behaviour adaptation ”. Berdasarkan eksperimennya, Skinner percaya bahwa proses adaptasi tersebut akan mendatangkan hasil yang optimal apabila belajar diberi penguat (reinforcer).
 Hintzman dalam bukunya The Pshycology of Learning and Memory berpendapat bahwa: “learning is a change in organism due to experience which can affect the organism’s behaviour”. Jadi dalam pandangan Hintzman, perubahan yang ditimbulkan oleh pengalaman dapat dikatakan belajar apabila mempengaruhi organisme.
Dalam penjelasan selanjutnya, Hintzman menambahkan bahwa pengalaman hidup sehari-hari dalam bentuk apa pun sangat memungkinkan untuk diartikan sebagai belajar. Alasannya, sampai batas tertentu pengalaman hidup juga berpengaruh besar terhadap pembentukan kepribadian organisme yang bersangkutan. Mungkin inilah dasar pemikiran yang mengilhami gagasan everyday learning yang dipopulerkan oleh Profesor John B. Biggs.
Biggs sendiri mendefinisikan belajar menjadi tiga macam rumusan, yaitu rumusan kuantitatif, rumusan institusional dan rumusan kualitatif. Dalam rumusan-rumusan ini kata seperti perubahan dan tingkah laku tidak lagi disebut secara eksplisit mengingat kedua istilah ini menjadi kebenaran umum yang diketahui semua orang yang terlibat dalam proses pendidikan.
Secara kuantitatif, belajar berarti kegiatan pengisian atau pengembangan kemampuan kognitif dengan fakta sebanyak-banyaknya. Jadi, belajar dalam hal ini dipandang dari sudut berapa banyak materi yang dikuasai siswa.
Secara institusional, belajar dipandang sebagai proses validasi terhadap penguasaan siswa atas materi-materi yang telah mereka pelajari. Ukurannya adalah semakin baik mutu mengajar yang dilakukan guru maka akan semakin baik pula mutu perolehan siswa yang kemudian dinyatakan dalam bentuk skor atau nilai.
Adapun pengertian balajar secara kualitatif  adalah proses memperoleh arti-arti dan pemahaman-pemahaman serta cara-cara menafsirkan dunia disekeliling siswa. Belajar dalam pengertian ini difokuskan pada tercapainya daya pikir dan tindakan yang berkualitas untuk memecahkan masalah-masalah yang sedang dan akan dialami siswa.
Berdasarkan berbagai pendapat para pakar yang telah diuraikan di atas, secara umum belajar dapat dipahami sebagai tahapan perubahan seluruh tingkah laku individu yang relatif menetap sebagai hasil pengalaman dan interaksi dengan lingkungan yang melibatkan proses kognitif.
B.        Proses dan Tahapan Belajar
Proses berasal dari bahasa Latin processus yang berarti berjalan kedepan. Kata ini mempunya konotasi urutan langkah atau kemajuan yang mengarah pada suatu tujuan. Reber mengatakan dalam  psikologi belajar, proses berarti cara atau langkah-langkah khusus yang dengannya beberapa perubahan ditimbulkan hingga tercapai nya hasil-hasil tertentu. Jadi, proses belajar dapat diartikan sebagai tahapan proses perubahan perilaku kognitif, efektif dan psikomotor yang terjadi dalam diri siswa. Perubahan tersebut bersifat positif dalam arti berorientasi kearah yang lebih maju dari pada keadaan sebelumnya.
Menurut Arno F. Wittig (1981) dalam bukunya Psychology of Learning, setiap proses belajar selalu berlangsung dalam tiga tahapan yaitu:
1.      Tahap penerimaan informasi
2.      Tahap penyimpanan informasi
3.      Tahap memanggil kembali informasi

Pada tingkatan pertama seorang siswa mulai menerima informasi sebagai stimulus dan melakukan respons terhadapnya, sehingga menimbulkan pemahaman dan perilaku baru. Pada tahap ini terjadi pula asimilasi antara pemahaman dengan perilaku baru dalam kesulurahan perilakunya. Proses penerimaan dalam belajar merupakan tahap yang paling mendasar. Kegagalan dalam tahap ini akan mengakibatkan kegagalan pada tahap-tahap berikutnya.
Pada tingkatan penyimpanan, seorang siswa secara otomatis akan  mengalami proses penyimpanan pemahaman dan perilaku baru yang mereka peroleh ketika dalam tahap penerimaan informasi. Peristiwa ini sudah tentu melibatkan fungsi short term dan long term memori.
Pada tingkatan terakhir, peserta didik akan mengaktifkan kembali fungsi-fungsi sistem memorinya seperti ketika menjawab pertanyaan atau menyelesaikan masalah. Tahap ini pada dasarnya adalah upaya atau peristiwa mental dalam mengungkapkan dan memproduksi kembali informasi yang tersimpan dalam memori sebagai respons yang sedang dihadapi.
Menurut Albert Bandura (1977), seorang behaviouris moderat penemu teori social learning, bahwa setiap proses belajar (terutama belajar social dalam menggunakan model) terjadi dalam tahapan peristiwa berikut:
1.      Attentional Phase
2.      Retention Phase
3.      Reproduction Phase
4.      Motivation Phase



Dalam bukunya, Social Learning Theory, Albert Bandura sebagaimana yang dikutip oleh Pressly dan McCormic (1995:217-218) menguraikan tahapan-tahapan tersebut seperti tahapan-tahapan di bawah ini.
Tahap Perhatian. Pada tahap pertama ini para siswa pada umunya memusatkan perhatian pada objek materi atau perilaku model yang lebih menarik terutama karena keunikannya dibanding dengan materi atau dengan perilaku lain yang sebelumnya telah mereka ketahui. Untuk menarik perhatian para peserta didik, guru dapat mengekspresikan suara dengan intonasi khusus ketika menyajikan pokok materi atau bergaya dengan mimik tersendiri ketika menyajikan contoh perilaku tertentu.
Tahap Penyimpanan. Dalam tahap ini informasi berupa materi dan contoh perilaku model itu ditangkap, diproses dan disimpan dalam memori. Para peserta didik lazimnya akan lebih baik dalam menangkap dan menyimpan segala informasi yang disampaikan atau perilaku yang dicontohkan apabila disertai penyebutan atau penulisan nama, istilah dan label yang jelas serta contoh perbuatan yang akurat.
Tahap Reproduksi. Segala bayangan atau kode-kode simbolis yang berisi informasi pengetahuan dan perilaku yang telah tersimpan dalam memori peserta didik itu diproduksi kembali. Untuk mengidentifikasi tingkat penguasaan para peserta didik, guru dapat menyuruh mereka membuat atau melakukan lagi apa yang telah mereka serap.
Tahap Motivasi. Tahap terakhir dalam proses terjadinya belajar atau pembelajaran adalah tahap penerimaan dorongan yang dapat berfungsi sebagai reinforcement. Pada tahap ini, guru dianjurkan untuk memberi pujian, hadiah, atau nilai tertentu kepada peserta didik yang kinerjanya memuaskan. Sementara mereka yang belum menunjukkan kinerja yang memuaskan perlu diyakinkan akan arti penting penguasaan materi atau perilaku yang disajikan guru bagi kehidupan mereka. Seiring dengan upaya ini, ada baiknya ditunjukkan pula bukti-bukti kerugian orang yang tidak menguasai materi tersebut.

C.        Cara Belajar yang Baik
         Setiap peserta didik yang ingin berhasil dalam belajarnya pasti akan berusaha agar tujuannya bisa tercapai. Berbagai usaha dapat dilakukan untuk memperoleh hasil yang maksimal. Usaha untuk memperoleh hasil yang maksimal pada intinya adala belajar dengan cara yang baik, sesuai, tepat dan efektif. Namun model belajar setiap orang bisa berbeda-beda karena pengalaman keberhasilan seseorang dalam studinya tidak selalu sama persis. Maka disini akan disampaikan hal yang umumnya saja tentang hal yang perlu diperhatikan untuk cara belajar dengan baik, di antaranya adalah:
1.      Mempunyai Fasilitas dan Perabotan Belajar.
Orang yang belajar tanpa dibantu dengan fasilitas tidak jarang mendapatkan hambatan dalam menyelesaikan kegiatan belajar. Karenanya fasilitas tidak bisa diabaikan dalam masalah belajar.
Fasilitas dan perabot belajar yang dimaksud tentu saja berhubungan dengan masalah materiil berupa kertas, pensil, buku catatan, meja dan kursi, mesin ketik (sekarang umumnya komputer), kertas karbon dan sebagainya.
2.      Mengatur Waktu Belajar
Pelajar tidak bisa membagi waktunya akan menghadapi kebingungan, pelajaran apa yang harus dipelajari hari ini atau esok hari. Mahasiswa akan merasakan waktu yang terlalu sempit untuk melakukan sesuatu yang berhubungan dengan masalah belajar.dengan demikian, pelajar atau mahasiswa jangan sekali-kali mengabaikan masalah pembagian waktu ini, sekiranya ingin menjadi orang yang sukses studi.
3.        Menguasai Bahan Pelajaran.
Setelah sekolah atau kuliah, jangan lupa untuk mengulangi bahan pelajaran di rumah atau di asrama. Apa yang guru / dosen jelaskan tidak mesti semuanya terkesan dengan baik. Tentu ada kesan-kesan yang masih samar-samar dalam ingatan. Pengulangan sangat membantu untuk memperbaiki semua kesan yang masih samar-samar itu untuk menjadi kesan-kesan yang sesungguhnya, yang tergambar jelas dalam ingatan.
4.        Menghafal bahan pelajaran.
Menghafal bahan pelajaran merupakan salah satu kegiatan dalam rangka penguasaan bahan.
5.      Membaca buku
Kegiatan membaca adalah kegiatan yang paling banyak dilakukan selama menuntut ilmu di sekolah atau di perguruan tinggi.
6.      Membuat ringkasan dan ikhtisar.
Bagian kegiatan yang tidak kalah pentingnya dari semua kegiatan belajar adalah membuat ringkasan atau ikhtisar. Kegiatan ini dilakukan dengan sadar dan dengan tujuan tertentu. Kegiatan membuat ringkasan atau ikhtisar ini biasanya seseorang lakukan setelah dia selesai membaca buku, suatu bab, atau sub bab tertentu. Kegiatan membuat ringkasan atau ikhtisar ini tidak lain adalah kegiatan yang berupaya untuk memadatkan isi dengan landasan kerangka dasarnya dan menghilangkan pikiran-pikiran jabaran.
7.      Mengerjakan tugas
Selama menuntut ilmu di lembaga-lembaga pendidikan formal, baik pelajar atau mahasiswa tidak akan pernah melepaskan diri dari keharusan mengerjakan tugas-tugas studi. Tugas-tugas itu pun dapat mengasah pemahaman para pelajar atau mahasiswa akan materi yang telah diajarkan.
8.      Memanfaatkan Perpustakaan
Perpustakaan sebagai wadah berhimpunnya sejumlah literatur (buku) yang diperuntukkan bagi mereka yang haus ilmu. dengan begitu, maka perpustakaan terkesan menyenangkan dan menyejukkan bagi yang melihat dan mendengarnya. Perpustakaan identik dengan dunia pendidikan. Maka sudah seharusnya fungsi perpustakaan dimaksimalkan. Namun menurut pemakalah, ada baiknya perpustakaan itu sendiri tidak digunakan untuk tempat belajar, karena adanya keramaian pengunjung yang biasanya sesuai dengan banyaknya buku. Perpustakaan dijadikan tempat mengambil informasi-informasi dalam buku-buku. Sedang tempat belajar baiknya berada di tempat yang tidak terlalu ramai bahkan sunyi tenang. Misalnya didekat pancuran air dan tempat yang rimbun pepohonan, dengan bunyi air yang khas insya Allah bisa meningkatkan daya pikir dan berada ditempat yang kaya oksigen bisa membuat  suasana menjadi sejuk dan membantu kinerja otak yang membutuhkan oksigen.
Dr. Rudolf Pintner mengemukakan bagaimana cara-cara belajar yang baik sebagai berikut:
1.        Jangka waktu belajar
Dari berbagai percobaan ternyata jangka waktu belajar yang produktif seperti menghafal, mengetik, mengerjakan soal hitungan dan sebagainya adalah antara 20-30 menit. Jangka waktu yang lebih dari itu untuk belajar yang benar-benar memerlukan konsentrasi perhatian relatif kurang atau tidak produktif.
Jangka waktu tersebut tidak berlaku bagi mata pelajaran yang memerlukan pemanasan, seperti sejarah, filsafat dan sebagainya.
2.        Pembagian waktu belajar
Belajar yang terus menerus dalam jangka waktu yang lama tanpa istirahat tidak efisien dan tidak efektif. Sehingga dalam hal ini pembagian waktu belajar sangat diperlukan. Hukum Jost yang sampai sekarang diakui kebenarannya yaitu 30 menit 2 kali sehari dalam 6 hari lebih baik dan efektif dari pada sekali belajar selama 6 jam tanpa berhenti.
3.        Membatasi kelupaan
Bahan pelajaran yang telah kita pelajari sering kali mudah dilupakan. Maka untuk menghindari kelupaan bahkan lupa sama sekali, dalam belajar perlu diadakan review untuk mengingat kembali bahan yang telah dipelajari. Adanya review ini sangat penting, terutama bagi bahan pelajaran yang sangat luas dan memakan waktu beberapa semester untuk mempelajarinya.

D.      Prinsip-Prinsip dalam Belajar
1.        Kematangan jasmani dan rohani
Salah satu prinsip belajar adalah harus mencapai kematangan jasmani dan rohani sesuai dengan tingkatan yang dipelajarinya. Kematangan jasmani yaitu telah sampai pada batas minimal umur serta kondisi fisiknya telah cukup kuat untuk melakukan kegiatan belajar. Kematangan rohani artinya telah memiliki kemampuan secara psikologis untuk melakukan kegiatan belajar. Misalnya kemampuan berpikir, ingatan, fantasi, dan sebagainya.
2.        Memiliki kesiapan
Setiap orang yang hendak melakukan kegiatan belajar harus memiliki kesiapan yakni dengan kemampuan yang cukup baik fisik, mental maupun perlengkapan belajar. Kesiapan fisik berarti memiliki tenaga yang cukup dan kesehatan yang baik, sementara kesiapan mental, memiliki niat dan motivasi yang cukup untuk melakukan kegiatan belajar. Belajar tanpa kesiapan fisik, mental dan perlegkapan akan banyak mengalami kesulitan, akibatnya tidak memperoleh hasil belajar yang baik.
3.        Memahami tujuan
Setiap orang belajar harus memahami apa tujuannya, kemana arah tujuan itu dan apa manfaat bagi dirinya. Prinsip ini sangat penting dimiliki oleh orang belajar agar proses yang dilakukannya  dapat cepet selesai dan berhasil. Belajar tanpa memahami tujuan dapat menimbulkan kebingungan pada orang yang hilan kegairahan, tidak sistematis, atau asal ada saja. Orang yang belajar tanpa tujuan ibarat kaal berlayar tanpa tujuan terombang - ambing tak tentu arah yang dituju sehingga akhirnya bisa terlanggar kbatu karang atau terdampar ke suatu pulau.
4.        Memiliki kesungguhan
Orang yang belajar harus memiliki kesungguhan untu melaksanakannya. Belajar tanpa kesungguhan akn memperoleh hasil yang kurang memuaskan. Selain itu akan banyak waktu dan tenaga terbuang dengan percuma. Sebaliknya, belajar dengan sungguh – sungguh serta tekun akn memperoleh hasil yang maksimal dan penggunaan waktu yang efektif. Prinsip kesungguhan sangat penting artinya. Biarpun seseorang itu sudah memiliki kematangan, kesiapan serta mempuyai tujuan yang konkret dalam melakukan kegiatan belajarnya, tetapikalu tidak bersungguh- sungguh, belajar asal ada saja, bermals-malas, akibatnya tidak memperoleh hasil yang memuaskan.
5.        Ulangan dan latihan
Prinsip yang tak kalah pentingnya adalah ulangan dan latihan. Seseuatu yang dipelajari perlu diulang agar meresap dalam otak, sehingga dikusai sepenuhnya dan sukar dilupakan. Sebaliknya belajar tanpa diulang hasilnya akan kurang memuaskan. Bagaimanapun pintarnya seseorang harus mengulang pelajarannya atau berlatih sendiri dirumah agar bahan-bahan yang dipelajari tambah meresap dalam otak, sehingga tahan lama dalam ingatan. Mengulang pelajaran adalah salah satu cara untuk membantu berfungsinya ingatan.

E.       Saran-saran untuk membiasakan belajar yang optimal dan efisien.
Berikut ini adalah saran-saran yang dikemukakan Crow dengan singkat dan terinci untuk mencapai hasil belajar yang efisien:
1.      Miliki dahulu tujuan belajar yang pasti.
2.      Usahakan adanya tempat belajar yang memadahi.
3.      Jaga kondisi fisik jangan sampai mengganggu konsentrasi dan keaktifan mental.
4.      Rencanakan dan ikutilah jadwal untuk waktu belajar.
5.      Selingilah belajar itu dengan waktu-waktu istirahat yang teratur.
6.      Carilah kalimat-kalimat topik atau inti pengertian dari setiap paragrap.
7.      Selama belajar gunakan metode pengulangan dalam hati (silent recitation).
8.      Lakukan meode keseluruhan (whole methode) bilamana mungkin.
9.      Usahakan agar dapat membaca cepat tetapi cermat.
10.  Buatlah catatan-catatan atau rangkuman yang tersusun rapi.
11.  Adakan penilaian terhadap kesulitan bahan untuk dipelajari lebih lanjut.
12.  Susunlah dan buatlah pertanyaan-pertanyaan yang tetap, dan usahakan / cobalah untuk menemukan jawabannya.
13.  Pusatkan perhatian dengan sungguh-sungguh pada waktu belajar.
14.  Pelajari dengan teliti tabel-tabel, grafik-grafik dan bahan ilustrasi lainnya.
15.  Biasakanlah membuat rangkuman dan kesimpulan.
16.  Buatlah kepastian untuk melengkapi tugas – tugas belajar itu.
17.  Pelajari baik-baik yang dikemukakan oleh pengarang, dan tenanglah jika diragukan kbenarannya.
18.  Analisis kebiasaan belajar yang dilakukan, dan cobalah untuk memperbaiki kelemahan-kelemahannya.

0 komentar :

Posting Komentar