Minggu, 02 Juli 2017

Pengelolaan Kelas

1. Pengertian Pengelolaan Kelas


Pengelolaan kelas terdiri dari dua kata, yaitu pengelolaan dan kelas. Pengelolaan berasal dari kata ”kelola”, ditambah awalan “pe” dan akhiran “an”. Istilah lain dari kata pengelolaan adalah “manajemen”. Manajemen adalah kata yang aslinya dari bahasa Inggris, yaitu “management”, yang berarti ketatalaksanaan, tata pimpinan, pengelolaan. Manajemen atau pengelolaan dalam pengertian umum menurut Suharsimi Arikunto (1990;2) adalah pengadministrasian, pengaturan atau penataan suatu kegiatan. Sedangkan kelas menurut Oemar Hamalik (1987:311) adalah suatu kelompok orang yang melakukan kegiatan belajar bersama, yang mendapat pengajaran dari guru.

Pengelolaan kelas adalah suatu usaha yang dengan sengaja dilakukan guna mencapai tujuan pengajaran. Kesimpulan sederhananya adalah pengelolaan kelas merupakan kegiatan pengaturan kelas untuk kepentingan pengajaran. Dalam konteks yang demikian itulah kiranya pengelolaan kelas penting untuk diketahui oleh siapapun juga yang menerjunkan dirinya ke dalam dunia pendidikan.

Sedangkan menurut Sudirman N, dalam (dkk. 1991; 310), pengelolaan kelas adalah upaya mendayagunakan potensi kelas. Ditambahkan lagi oleh Hadari Nawawi (1989;115), dengan mengatakan bahwa kegiatan manajemen atau pengelolaan kelas dapat diartikan sebagai kemampuan guru atau wali kelas dalam mendayagunakan potensi kelas berupa pemberian kesempatan yang seluas-luasnya pada setiap personal untuk melakukan kegiatan-kegiatan yang kreatif dan terarah sehingga waktu dan dana yang tersedia dapat dimanfaatkan secara efisien untuk melakukan kegiatan-kegiatan kelas yang berkaitan dengan kurikulum dan perkembangan murid.


2. Tujuan Pengelolaan Kelas

Tujuan pengelolaan kelas pada hakikatnya telah terkandung dalam tujuan pendidikan. Secara umum pengelolaan kelas adalah penyedian fasilitas bagi bermacam macam kegiatan belajar siswa dalam lingkungan sosial, emosional, dalam intelektual dalam kelas. Fasilitas yang demikian itu memungkinkan siwa belajar dan bekerja, terciptanya suasana sosial yang memberikan kepuasan, suasana disiplin, perkembangan intelektual, emosional dan sikap serta apresiasi pada siswa. (Sudirman N, 1991, 311)

Suharsimi Arikunto (1988 : 68) berpendapat bahwa tujuan pengelolaan kelas adalah agar setiap anak di kelas dapat bekerja dengan tertib sehingga tercapai tujuan pengajaran secara efektif dan efisien. Ketika kelas tertib, maka proses pengajaran yang dilakukan oleh guru dapat berjalan maksimal. Goalnya, tujuan pembelajaran dapat dicaai secara maksimal pula.
Terkait dari penjelasan diatas dalam hal pengelolaan kelas dapat pula ditinjau dari segi interaksi komunikatif. Artinya seorang guru dituntut mampu mengatur segala kondisi apapun yang terjadi didalam kelas saat pebelajaran berlangsung agar terciptanya komunikasi dua arah yaitu antara guru dengan murid, murid dengan guru sehingga proses belajar-mengajar dapat berlangsung dengan baik. Hal ini bertujuan untuk memudahkan sekaligus meringankan tugas guru atau wali kelas.

3. Manfaat Mempelajari Pengelolaan Kelas

Guru sebagai pengelola kelas, harus memahami teori-teori dan konsep-konsep tentang pengelolaan kelas serta mampu mengaplikasikannya pada tataran praksis dalam kegiatan belajar mengajar di kelas. Pengelolaan kelas yang baik merupakan bagian dari kompetensi pedagogis seorang guru, dengan ini diharapkan para guru dapat memahami berbagai aspek yang berhubungan dengan penyediaan fasilitas bagi bermacam-macam kegiatan belajar siswa dalam lingkungan sosial, emosional dan intelektual dalam kelas, serta mampu mengaplikasikanya dalam kegiatan pendidikan.

Secara teoritis dan praktis, manfaat menguasai dengan baik konsep-konsep dalam pengelolaan kelas ialah sebagai berikut:
1.    Pemahaman guru tentang pengertian, peran, dan tujuan pengelolaan kelas dapat digunakan mahasiswa sebagai pisau analisis dalam proses belajar mengajar di kelas. Karena bagaimanapun juga, praktek itu butuh teori, dan ketika kita menguasai teori dengan matang, maka dalam tataran praktis pun kita akan lebih mudah karena ada teori yang menuntun langkah kita.
2.    Berbagai pendekatan dalam konsep pengelolaan kelas dapat dipilih mana yang paling tepat dan paling sesuai dengan situasi-kondisi sehingga tercipta suasana kelas yang efektif dan kondusif.
3.    Penguasaan dan pemahaman guru tentang prinsip-prinsip pengelolaan kelas dapat digunakan sebagai pedoman dalam mengatasi berbagai kesulitan dan masalah yang ditemukan di kelas.
4.    Ilmu pengelolaan kelas dapat digunakan sebagai acuan dalam rangka memelihara dan menciptakan kondisi kelas yang kondusif serta mengembangkannya ke arah yang lebih baik dari waktu ke waktu agar tujuan pembelajaran dapat dicapai secara optimal.
5.    Dalam ruang lingkup pembahasan pengelolaan kelas, dipelajari masalah-masalah yang seringkali muncul dalam kelas serta cara atau solusi mengatasinya. Dengan demikian, ketika di lapangan ada masalah yang muncul, kita dapat mengetahui cara/solusi yang bagaimana yang paling tepat untuk mengatasinya.
6.    Dalam pengelolaan kelas, kita juga belajar tentang bentuk-bentuk penataan ruang kelas. Dengan memahaminya, kita dapat mengaplikasikan penataan ruang belajar yang mana yang paling tepat digunakan agar proses pembelajaran berjalan dengan lancar dan tujuan pembelajaran dapat tercapai.
7.    Dapat menciptakan suasana atau kondisi kelas yang efektif dan kondusif dengan bekal penguasaan konsep-konsep dan teori-teori dalam pengelolaan kelas.
Dari uraian tentang manfaat praktis pengelolaan kelas di atas, kita dapat menyimpulkan bahwa belajar tentang pengelolaan kelas sangat penting dan bermanfaat, terutama bagi guru dan para mahasiswa yang kuliah di jurusan pendidikan. Selama proses belajar mengajar, pasti akan ditemui masalah-masalah yang membuat suasana pembelajaran tidak kondusif. Itulah mengapa dibutuhkan suatu konsep holistik yang dapat dijadikan referensi dalam mengatasi munculnya masalah-masalah tersebut. Praktek mengajar di kelas akan lebih mudah dan sempurna bila didasari dengan teori-teori yang ada dalam pengelolaan kelas. Segala sesuatu itu ada ilmunya, guru tidak akan bisa menciptakan suasana pembelajaran yang efektif bila tidak menguasai konsep pengelolaan kelas. Maka dari itu, mengerti dan memahami tujuan pengelolaan kelas sangat penting dan bermanfaat bagi para praktisi pendidikan.


Pendidikan Anak Berkebutuhan Khusus

A.      Pengertian Anak Berkebutuhan Khusus

1.         Menurut Hallahan dan Kauffman, 1986
       Anak berkebutuhan khusus  (dulu di sebut sebagai anak luar biasa) di definisikan sebagai anak yang memerlukan pendidikan dan layanan khusus untuk mengembangkan potensi kemanusiaan mereka secara sempurna. Penyebutan sebagai anak berkebutuhan khusus, dikarenakn  dalam memenuhi kebutuhan hidupnya, anak ini membutuhkan bantuan layanan pendidikan, layanan sosial, layanan bimbingan dan konseling, dan berbagai jenis layanan lainnya yang bersifat khusus.
Dalam percakapan sehari hari, anak berkebutuhan khusus dijuluki sebagai“orang luar biasa“, dikarenakan  mereka memiliki kelebihan yang luar biasa, misalnya orang yang terkenal memiliki kemampuan intelektual  yang luar biasa, memiliki kreatifitas yang tinggi dalam melahirkan suatu temuan-temuan yang luar biasa dibidang iptek,religius, dan di bidang-bidang kehidupan lainnya.
Dalam dunia pendidikan, kata luar biasa juga merupakan julukan atau sebutan bagi mereka yang memiliki kekurangan atau mengalami berbagai kelainan dan penyimpangan yang tidak di alami oleh orang normal pada umumnya. Kelainan atau kekurangan itu dapat berupa kelainan dalam segi fisik, psikis, sosisal, dan moral.
Pengertian “luar biasa“ dalam dunia pendidikan mempunyai ruang lingkup pengertian yang lebih luas daripada pengertian “berkelainan atau cacat“ dalam percakapan sehari hari. dalam dunia pendidikan istilah luar biasa mengandung arti ganda, yaitu mereka yang menyimpang ke atas karena mereka memiliki kemampuan yang luar biasa dibanding dengan orang normal pada mereka yang mnyimpangumumnya dan mereka yang mnyimpang ke bawah, yaitu mereka yang menderita kelainan atau ketunaan dan kekurangan yang tidak di derita oleh orang normal pada umumnya. Contoh orang yang menyimpang ke atas dari segi kemampuan intelektual ( otak ), misalnya professor B.J Habibie, karena dia memiliki inteligensi di atas orang normal dan kemampuan intelektual dibidang “aerodinamika“ yang berkelas dunia sehingga beliau di juluki sebagai orang yang jenius di bidangnya, sedangkan contoh orang yang menyimpang ke bawah ialah orang yang lambat dan sulit dalam belajar.

B.     Jenis-Jenis Anak Berkebutuhan Khusus

Dalam dunia pendidikan, anak berkebutuhan khusus di klasifikasikan atas beberapa kelompok sesuai dengan jenis kelainan anak. Berikut ini akan dijelaskan beberapa jenis-jenis anak berkebutuhan khusus, sebagai berikut:

1.      Anak Tuna Netra
Adalah anak yang mempunyai kekurangan secara indrawi, yakni indra penglihatan. Meskipun indra penglihatannya bermasalah, intelegensi yang mereka miliki masih dalam taraf normal. Hal-hal yang berhubungan dengan mata diganti dengan indra lain sebagai kompensasinya.

2.      Anak Tuna Rungu
Adalah anak yang mempunyai  kelainan pada pendengarannya. Mereka mengalami kesulitan dalam berinteraksi dan bersosialisasi terhadap orang lain terhadap lingkungan termasuk pendidikan dan pengajaran. Anak tuna rungu dibagi menjadi 2 yaitu, tuli (the deaf), dan kurang dengar (hard of hearing).

3.      Anak Tuna Daksa
Adalah anak yang mempunyai kelainan pada tubuhnya yakni kelumpuhan. Anak yang mengalami kelumpuhan ini disebabkan karena polio dan gangguan pada syaraf motoriknya.

4.      Anak Tuna Wicara
Adalah anak yang mengalami kelainan pada proses berbicara atau berbahasa. Anak yang seperti ini mengalami kesulitan dalam berbahasa atau berbicara sehingga tidak dapat dimengerti oleh orang lain.

5.      Kelainan Emosi
Adalah anak yang mengalami gangguan pada tingkat emosinya. Hal ini berhubungan dengan masalah psikologisnya. Anak yang mengalami kelainan emosi ini dibagi menjadi 2 macam yaitu:
a.        Gangguan Prilaku, ciri-cirinya yaitu:
1)   Suka mengganggu di kelas
2)   Tidak sabaran, terlalu cepat beraksi
3)   Tidak menghargai orang lain
4)   Suka menentang
5)   Suka menyalahkan orang lain
6)   Sering melamun.
b.      Gangguan Konsentrasi (ADD/Attention Deficit Disorder), gejala-gejalanya terjadi paling sedikit selama 6 bulan. Gejala-gejala tersebut diantaranya yaitu:
1)   Tidak mendengarkan orang lain berbicara
2)   Sering gagal dalam memperhatikan objek tertentu
3)   Sering tidak melaksanakan perintah dar orang lain.
c.       Anak Hiperaktif (ADHD/Attention Deficit with Hiperactivity Disorder), gejala-gejalanya yaitu:
1)   Tidak bisa diam
2)   Ketidakmampuan untuk member perhatian yang cukup lama
3)   Hiperaktivitas
4)   Canggung

6.      Keterbelakangan Mental
Adalah anak yang memiliki mental yang sangat rendah, selalu membutuhkan bantuan orang lain karena tidak mampu mengurus dirinya sendiri, kecerdasannya terbatas, apatis, serta perhatiannya labil. Berdasarkan intelegensinya, anak yang terbelakang mentalnya  terbagi menjadi beberapa bagian yaitu:
a.       Idiot, yaitu anak yang paling rendah taraf intelegensinya (IQ > 20), perkembangan jiwanya tidak akan bertambah melebihi usia 3 tahun, meskipun pada dasarnya usianya sudah remaja atau dewasa.
b.      Imbesil, yaitu anak yang mempunyai (IQ 20-50), perkembangan jiwanya dapat mencapai usia 7 tahun, bisa diajari untuk memelihara diri sendirivdalam kebutuhan yang paling sederhana.
c.       Debil atau moron, yaitu anak yang mempunyai (IQ 50-70), keterbelakangan Debil tidak separah dua jenis diatas. Perkembangan jiwanya dapat mencapai hingga 10 ½ tahun. Orang Debil ini dapat memenuhi kebutuhannya sendiri.

7.      Psikoneurosis
Anak yang mengalami psikoneurosis pada dasarnya adalah anak yang normal. Mereka hanya mengalami ketegangan pribadi yang terus menerus, selain itu mereka tidak bisa mengatasi masalahnya sendiri sehingga ketegangan tersebut tidak kunjung reda. Psikoneurosis ini dibagi menjadi 3 yaitu:
a.       Psikoneurosis kekhawatiran, Adalah anak yang mempunyai rasa khawatir yang berlebihan dan tidak beralasan.
b.      Histeris, adalah anak yang secara tidak sadar melumpuhkan salah satu anggota tubuhnya, sesunguhnya secara organis tidak mengalami kelainan.
c.       Psikoneurosis obsesif, adalah anak yang memiliki pikiran-pikiran dan dorongan-dorongan tertentu yang terus menerus.

8.      Psikosis
Psikosis disebut juga dengan kelainan kepribadian yang besar karena seluruh kepribadian orang yang bersangkutan terkena dan orang tersebut tidak dapat hidup dengan normal.

9.      Psikopathi
Adalah kelainan tingkah laku, maksudnya penderita psikopathi ini tidak dapat memperdulikan norma-norma sosial. Mereka selalu berbuat semaunya sendiri tanpa mempertimbangkan kepentingan orang lain, hingga sering sekali merugikan orang lain. Dan penderita psikopathi ini tidak menyadari adanya kelainan pada dirinya.

C.    Sebab-Sebab Anak Berkebutuhan Khusus

Ada tiga faktor yang menyebabkan anak berkebutuhan khusus yaitu:
1.      Peristiwa Pra Natal (dalam kandungan)
Berbagai macam penyakit yang dapat menyebabkan kelainan pada janin saat ibu hamil diantaranya adalah:
a.       Keracunan darah (Toxaenia) pada ibu-ibu yang sedang hamil dapat menyebabkan janin tidak memperoleh oksigen secara maksimal, sehingga mempengaruhi syaraf-syaraf otak yang dapat menyebabkan gangguan pada sistem syaraf dan ketunaan pada bayi.
b.      Infeksi karena penyakit kotor (penyakit kelamin / spilis yang diderita ayah atau ibu), toxoplasmosis (dari virus binatang seperti bulu kucing), trachma dan tumor. Tumor dapat terjadi pada otak yang berhubungan pada indera penglihatan akibatnya kerusakan pada bola mata dan pendengaran akibatnya kerusakan dalam selaput gendang telinga.
c.       Kekurangan vitamin atau kelebihan zat besi sehingga ibu keracunan yang mengakibatkan kelainan pada janin yang menyebabkan gangguan pada mata. Juga kerusakan pada otak sehingga menyebabkan terganggu fungsi berfikirnya atau verbal komunikasi, kerusakan pada organ telinga sehingga hilangnya fungsi pendengaran.


2.      Natal (saat kelahiran)
Pada saat terjadinya kelahiran yang mungkin hanya memakan waktu yang cukup singkat akan tetapi jika penanganan yang tidak tepat akan mengancam perkembangan bayinya. Diantara nya adalah:
1)   Lahir prematur
2)   Kelahiran yang dipaksa dengan menggunakan vacum
3)   Proses kelahiran bayi sungsang.
3.      Post Natal (setelah kelahiran)
Berbagai peristiwa yang dialami dalamkehidupannya seringkali dapat mengakibatkan seseorang kehilangan salah satu fungsi organ tubuh atau fungsi otot dan syaraf. Bahkan dapat pula kehilangan organ itu sendiri. Penyebab ketunaan yang terjadi setelah kelahiran diantaranya:
1)      Terjadi insident
2)      Kekurangan vitamin atau gizi
3)      Penyakit panas tinggi dan kejang-kejang.

D.    Cara MenanganiAnak Berkebutuhan Khusus

Tidak dapat dipungkiri, pengasuhan anak berkebutuhan khusus (ABK) memerlukan tambahan energi, pemikiran, serta biaya yang lebih tinggi dibanding mengasuh anak-anak pada umumnya. berikut ini akan dijelaskan langkah-langkah dalam menangani anak berkebutuhan khusus di antaranya adalah sebagai berikut:
1.      Penguatan kondisi mental orang tua
Strategi ini membutuhkan peranaktif orang tua dalam melakukan pengasuhan anak berkebutuhan khusus.Beberapa strategi yang dibutuhkan oleh orang tua anak berkebutuhan khusus diantaranya perlu menyediakan waktu untuk dirinya sendiri,bekerja sama dalam pengasuhan dengan pasangan, dan aktif dalam mencari informasi mengenai anak berkebutuhan khusus. Orang tua perlu menyediakan waktu untuk dirinya sendiri, sebagai bentuk apresiasi terhadap diri sendiri yang sudah menyediakan waktu ekstra dan tenaga sehari-hari untuk mengasuh anak berkebutuhan khusus.

2.      Dukungan sosial yang memadai
Dukungan social memegang peranan luar biasa bagi keberlangsungan pengasuhan anak berkebutuhan khusus. Dukungan social dapat berupa dorongan moral, yang menguatkan dari masyarakat sekitar maupun keluarga terdekat. Melalui dukungan sosial, diharapkan orang tua anak berkebutuhan khusus dapat berbagi pengalaman tentang pola asuh anak berkebutuhan khusus. Hal ini belum banyak terlihat di lingkungan masyarakat kita, mengingat masih kuatnya kepercayaan bahwa memiliki anak berkebutuhan khusus merupakan “karma” dariTuhan. Sehingga, kecenderungan yang ada keluarga dengan anak berkebutuhan khusus cenderung “dikucilkan” masyarakat. Untuk menghapus kecenderungan ini, perlu peran pemerintah untuk memberikan edukasi kepada masyarakat umum tentang anak berkebutuhan khusus. Edukasi ini dapat disampaikan melalui jalur media atau pos-pos pelayanan masyarakat untuk menyentuh masyarakat di area pinggiran atau pedesaan.

3.      Peran aktif pemerintah
Peran aktif pemerintah dalam menyediakan pelayanan kesehatan dan konsultasi yang dapat dijangkau masyarakat. Hal ini merupakan faktor yang sangat vital bagi masyarakat umum, terutama bagi mereka yang berada pada kelas social menengah kebawah. Tidak dapat dipungkiri, pelayanan konsultasi dan kesehatan masih merupakan sesuatu hal yang mahal.
Dengan menyediakan konsultasi anak berkebutuhan khusus yang mudah dijangkau masyarakat, diharapkan anak berkebutuhan khusus mendapat pelayanan konsultasi yang mudah dan murah. Pemerintah pun, harus menyediakan fasilitas penanganan anak berkebutuhan khusus secara terpadu. Saat ini, pemerintah sudah memberikan perhatian kepada anak berkebutuhan khusus melalui pembentukan Direktorat Pembinaan Sekolah Luar Biasa (PSLB) di bawah koordinasi Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.

E.     Cara mengajar anak berkebutuhan khusus

Cara Praktis dalam pengajaran Anak Berkebutuhan Khusus memuat informasi yang menunjang metode pengajaran guru.Untukituguru harus mengikuti pelatihan pendidikan inklusif yang praktis dan komprehensif agar dapat memahami dan menerapkan lebih baik strategi-strategi yang digunakan dalam pendidikan inklusif. 

Adapun cara mengajar anak berkebutuhan khusus adalah sebagai berikut:

1.             Bersikap baik dan positif,
2.             Gunakan seting kelas yang sesuai,
3.             Bicaralah dengan jelas dengan posisi wajah menghadap siswa,
4.             Menfaatkan semua metode komunikasi,
5.             Gunakan strategi pengajaran yang efisien
6.             Utamakan dukungan teman sebaya
7.             Manfaatkan materi pengajaran yang ada sebaik mungkin
8.             Beri penjelasan pada semua anak mengenai diabilitas
9.             Buatlah kelas anda seaksesibel mungkin dan 
10.          Berbagilah pengalaman. Kesemua prinsip pengajaran tersebut juga dapat diterapkan pada kelas regular.

Bimbingan dan Konseling (BK)

A. Pengertian
Bimbingan dan Konseling adalah proses interaksi antara konselor dengan konseli baik secara langsung maupun tidak langsung dalam rangka untuk membantu konseli agar dapat mengembangkan potensi dirinya atau pun memecahkan permasalahan yang dialaminya. Bimbingan dan Konseling juga dapat didefinisikan sebagai upaya sistematis, objektif, logis, dan berkelanjutan serta terprogram yang dilakukan oleh konselor untuk memfasilitasi perkembangan konseli untuk mencapai kemandirian dalam kehidupannya.

Asas Bimbingan dan Konseling
Dalam pelaksanaan layanan bimbingan dan konseling, layanan yang diberikan oleh konselor terhadap konseli harus didasari oleh asas-asas sebagai berikut.
Asas Kerahasiaan
Asas Kerahasiaan adalah asas yang menuntut konselor merahasiakan data atau informasi yang diberikan konseli agar tidak diketahui orang lain dan data atau informasi hanya boleh disebarluaskan berdasarkan persetujuan konseli yang dapat dipertanggungjawabkan.

Asas Kesukarelaan
Asas Kesukarelaan adalah asas yang menghendaki adanya kesukaan dan kerelaan antara konselor dengan konseli dalam mengikuti/menjalani layanan/kegiatan yang diperuntukkan.

Asas Keterbukaan
Asas Keterbukaan adalah asas yang menghendaki agar konselor dan konseli bersikap terbuka dan tidak berpura-pura, baik dalam memberikan keterangan maupun dalam menerima berbagai informasi dari luar yang berguna bagi pengembangandirinya

Asas Kegiatan
Asas Kegiatan adalah asas menghendaki agar konselor dan konseli berpartisipasi aktif dalam rangkaian kegiatan dalam layanan bimbingan dan konseling.

Asas Kemandirian
Asas Kemandirian adalah asas yang menunjukkan pada tujuan umum bimbingan dan konseling, yaitu konseli diharapkan menjadi mandiri secara pribadi, sosial, belajar, dan karier, dengan ciri-ciri mengenal diri sendiri dan lingkungannya, mampu mengambil keputusan, mengarahkan, serta mewujudkan diri sendiri

Asas Kekinian
Asas Kekinian adalah asas yang menghendaki permasalahan yang dihadapi konseli terjadi saat sekarang. Kondisi masa lampau dan masa depan dilihat sebagai dampak dan memiliki keterkaitan dengan apa yang ada dan diperbuat konseli pada saat sekarang.

Asas Kedinamisan
Asas Kedinamisan adalah asas yang menghendaki agar isi layanan hendaknya selalu bergerak maju, tidak monoton, dan terus berkembang serta berkelanjutan sesuai dengan kebutuhan dan tahap perkembangannya dari waktu ke waktu.

Asas Keterpaduan
Asas Keterpaduan adalah asas yang menghendaki agar layanan bimbingan dan konseling yang dilakukan dapat saling menunjang, harmonis, dan terpadukan. Dalam hal ini, kerja sama atau kolaborasi dengan berbagai pihak yang terkait menjadi perlu dilaksanakan.

Asas Kenormatifan
Asas Kenormatifan adalah asas yang menghendaki agar layanan bimbingan dan konseling didasarkan pada norma-norma yang berlaku.

Asas Keahlian
Asas Keahlian adalah asas yang menghendaki agar layanan bimbingan dan konseling diselenggarakan atas dasar kaidah-kaidah profesional. Dalam hal ini, konselor atau pihak yang dipercaya memberikan layanan hendaknya tenaga yang benar-benar ahli dalam bimbingan dan konseling. Profesionalitas konselor harus terwujud baik dalam penyelenggaraaan jenis-jenis layanan dan kegiatan bimbingan dan konseling dan dalam penegakan kode etik bimbingan dan konseling.

Asas Alih Tangan Kasus
Asas Alih Tangan Kasus adalah asas yang menghendaki agar konselor yang tidak mampu menyelenggarakan layanan bimbingan dan konseling secara tepat dan tuntas atas suatu permasalahan konseli kiranya dapat mengalih-tangankan kepada pihak yang lebih ahli. Konselor dapat menerima alih tangan kasus dari orang tua, guru-guru lain, atau ahli lain. Demikian pula, sebaliknya konselor, dapat mengalih-tangankan kasus kepada pihak yang lebih kompeten, baik yang berada di dalam lembaga sekolah maupun di luar sekolah.

Asas Tut Wuri Handayani
Asas Tut Wuri Handayani merupakan asas yang diadopsi dari nilai-nilai pendidikan Ki Hajar Dewantara. Asas Tut Wuri Handayani adalah asas yang menghendaki agar pelayanan bimbingan dan konseling secara keseluruhan dapat menciptakan suasana mengayomi (memberikan rasa aman), mengembangkan keteladanan, dan memberikan rangsangan dan dorongan, serta kesempatan yang seluas-luasnya kepada konseli untuk berkembang maju sesuai dengan potensi yang dimiliki konseling.