A. Beberapa Teori Dalam Psikologi yang
Berhubungan dengan Pengembangan Teknologi Pendidikan
Pembelajaran
pada hakekatnya mempersiapkan peserta didik untuk dapat menampilkan tingkah
laku hasil belajar dalam kondisi yang nyata, atau untuk memecahkan masalah yang
dihadapi dalam kehidupannya. Untuk itu, pengembang program pembelajaran selalu
menggunakan teknik analisis kebutuhan belajar untuk memperoleh informasi
mengenai kemampuan yang diperlukan peserta didik. Bahkan setelah peserta didik
menyelesaikan kegiatan belajar selalu dilakukan analisis umpan balik untuk
melihat kesesuaian hasil belajar dengan kebutuhan belajar.
Menurut
Lumsdaine (dalam Miarso 2009), ilmu perilaku merupakan ilmu yang utama dalam
perkembangan teknologi pendidikan terutama ilmu tentang psikologi belajar,
sedangkan menurut Deterline (dalam miarso 2009) berpendapat bahwa teknologi
pembelajaran merupakan pengembangan ataupun aplikasi dari teknologi perilaku
yang digunakan untuk menghasilkan suatu perubahan perilaku tertentu dari
pebelajar secara sitematis guna pencapaian ketuntasan hasil belajar itu
sendiri. Sedangkan Harless (1968) menyebutnya dengan “front-end analysis”,
sedangkan Mager dan Pape (1970) menyebutnya “performance problem analysis”. Dan
Romizwoski (1986) mengistilahkan kegitan tersebut sebagai “performance
technology”. Belajar berkaitan dengan perkembangan psikologis peserta didik,
pengalaman yang perlu diperoleh, kemampuan yang harus dipelajari, cara atau
teknik belajar, lingkungan yang perlu menciptakan kondisi yang kondusif, sarana
dan fasilitas yang mendukung, dan berbagai faktor eksternal lainnya. Untuk itu,
Malcolm Warren (1978) mengungkapkan bahwa diperlukan teknologi untuk mengelola
secara efektif pengorganisasian berbagai sumber manusiawi. Romizowski (1986)
menyebutnya dengan “Human resources management technology”. Penanganan berbagai
pihak yang diperlukan dan memiliki perhatian terhadap pengembangan program
belajar dan penyelenggaraan kegiatan pembelajaran memerlukan satu teknik
tertentu yang dapat mengkoordinir dan mengakomodasikannya sesuai dengan potensi
dan keahlian masing-masing.
Kajian ahli-ahli
psikologi dan sosial psikologi dalam pendidikan berlangsung selama masa dan
pasca perang dunia ke II, terutama menjadi fokus kajian di lingkungan
pengajaran militer (Lange, 1969). Hasil kajiannya membawa pengaruh terhadap
penyelenggaraan pembelajaran, terutama dalam menetapkan tujuan pengajaran,
memahami peserta didik, pemilihan metode mengajar, pemilihan sumber belajar,
dan penilaian. Kemudian berkembang beberapa kajian yang berkaitan dengan
hubungan antara media audiovisual dengan pembelajaran yang difokuskan pada
persepsi peserta didik, penyajian pesan, dan pengembangan model pembelajaran.
Studi masa itu kebanyakan diwarnai oleh aliran psikologi behavior, sebagai
contoh operant behavioral conditioning yang ditemukan BF Skinner (1953). Teori
belajar dan psikologi behavior ini mempengaruhi teknologi pendidikan pada masa
itu dalam tiga hal, yaitu:
1. Pengembangan dan penggunaan teaching
machine dan program pembelajaran;
2. Spesifikasi tujuan pendidikan ke arah
behavioral objectives; dan
3. Pencocokan konsep operant conditioning
dengan konsep model komunikasi (Ely, 1963).
B. Psikologi Pendidikan dan Media Pembelajaran
Media
pembelajaran merupakan salah satu komponen pendukung keberhasilan proses
belajar mengajar (Sunarno, 1998). Komputer termasuk salah satu media
pembelajaran. Pengunaan komputer dalam pembelajaran merupakan aplikasi
teknologi dalam pendidikan. Pada dasarnya teknologi dapat menunjang proses
pencapaian tujuan pendidikan. Namun sementara ini, komputer sebagai produk
teknologi khususnya di sekolah-sekolah kurang dimanfaatkan secara optimal,
hanya sebatas word processing saja. Kini yang perlu diperhatikan adalah
bagaimana menjadikan teknologi (komputer) dapat bermanfaat bagi kemajuan
pendidikan.
Di lapangan,
sistem penyajian (materi) melalui komputer dapat dilakukan melalui berbagai
cara, seperti : hyperteks, simulasi–demontrasi ataupun tutorial. Tiap-tiap
sistem memiliki keistimewaan masing–masing. Sangat menarik jika keunggulan
masing–masing sistem tersebut digabungkan ke dalam satu bentuk model yang dapat
digunakan dalam pembelajaran sehingga proses belajar mengajar akan lebih
berkesan dan bermakna.
Media
pembelajaran sekarang bukan hanya sekedar alat bantu bagi guru dalam
menyampaikan materi-materi pembelajaran di sekolah. Media pembelajaran ini
manfaatnya sangat luas, dapat mengatasi keterbatasan pengalaman yang dimiliki
peserta didik, melampaui batas ruang dan waktu, dapat membangkitkan motivasi
belajar peserta didik. Pemanfaatan teknologi dalam pembelajaran juga dapat
meningkatkan kemampuan peserta didik untuk mengakses teknologi informasi dan
komunikasi dan mempunyai ketrampilan dalam mengaplikasikannya.
Contoh
penggunaan komputer dalam proses belajar. Keterampilan dalam menggunakan
komputer sangat dibutuhkan peserta didik untuk hidup dalam kehidupannya di masa
kini dan masa yang akan datang. Dalam perkuliahan psikologi pendidikan, selain
menggunakan berbagai media seperti proyektor, laptop, dan wi-fi, kita sebagai
mahasiswa juga diharuskan mempunyai blog sendiri. Dengan begitu, semua mahasiswa
diharuskan membuat dan mampu mengaplikasikan blog tersebut. Dari tugas individu
maupun tugas kelompok, materi kuliah dan berbagai info lainnya dapat diakses
dari blog.
C. Psikologi Pendidikan dan Teknologi
Pembelajaran
Teknologi
pendidikan yang juga dikenal sebagai teknologi pembelajaran adalah studi dan
etika praktik dalam memfasilitasi pembelajaran dan meningkatkan kinerja dengan
menciptakan, menggunakan, dan mengatur proses dan sumber teknologi yang tepat.
Istilah teknologi pendidikan sering diasosiasikan dengan teori instruksional
dan teori belajar. Teknologi instruksional meliputi proses dan sistem belajar
dan instruksi, sedangkan teknologi pendidikan berkaitan dengan segala sistem
yang digunakan dalam proses perkembangan kemampuan manusia.
Dengan semakin
berkembangnya teknologi mempengaruhi proses belajar mengajar di dunia
pendidikan. Teknologi memberikan kemudahan baik bagi pengajar maupun peserta
didik dalam mengakses informasi pembelajaran.
Teknologi ini
tidak hanya terpaku pada proses belajar secara e-learning akan tetapi proses
belajar secara tatap muka (face to face) juga bisa dianggap sebagai pemanfaatan
dari teknologi tergantung dari alat maupun fasilitas yang digunakan. Teknologi
dapat berupa teknologi cetak, teknologi audio-visual, teknologi berbasis
komputer, teknologi terpadu.
Dengan adanya
pemanfaatan teknologi secara efektif akan dapat menunjang proses belajar
mengajar karena bahan ajar tidak hanya terpaku pada kurikulum yang berlaku,
para peserta didik juga dapat mengembangkan kemampuan kognitif mereka karena
proses pembelajaran yang didapat tidak hanya dari institusi-institusi tertentu.
Tiga teori utama
yang merupakan dasar dalam teknologi pendidikan antara lain :
1. Behaviorisme
2. Kognitivisme
3. Konstruktivisme
D. Ragam Model Pembelajaran
Ragam model
pembelajaran adalah berbagai cara yang digunakan oleh guru ataupun staf
pengajar dalam melaksanakan kegiatan belajar mengajar di kelas sebagai upaya
untuk mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan.
Ragam model
pembelajaran yang dibuat tentu mempunyai benefit/manfaat yang sekiranya berguna
bagi semuanya, adapun model desain pembelajaran ditujukkan untuk:
1. Memudahkan para pengajar dlm memilih desain
pembelajaran yang cocok untuk dipakai.
2. Meningkatkan hasil belajar anak didik baik
dari segi pemahaman konsep maupun prakteknya,mningkatkan daya kreatifitas anak
didik.
3. sebagai materi bahan ajar dan bahan acuan
bagi pengajar
Berbagai ragam
model pembelajaran metode pembelajaran:
1. Metode Ceramah
Dalam metode
ceramah proses belajar mengajar yang dilaksanakan oleh guru umumnya didominasi
dengan cara ceramah.
2. Metode Diskusi
Metode diskusi
adalah suatu cara mengelola pembelajaran dengan penyajian materi melalui
pemecahan masalah, atau analisis sistem produk teknologi yang pemecahannya
sangat terbuka. Suatu diskusi dinilai menunjang keaktifan siswa bila diskusi
itu melibatkan semua anggota diskusi dan menghasilkan suatu pemecahan masalah.
Jika metoda ini
dikelola dengan baik, antusiasme siswa untuk terlibat dalam forum ini sangat
tinggi. Tata caranya adalah sebagai berikut: harus ada pimpinan diskusi, topik
yang menjadi bahan diskusi harus jelas dan menarik, peserta diskusi dapat
menerima dan memberi, dan suasana diskusi tanpa tekanan.
3. Metode Demonstrasi
Metode demonstrasi
adalah cara pengelolaan pembelajaran dengan memperagakan atau mempertunjukkan
kepada siswa suatu proses, situasi, benda, atau cara kerja suatu produk
teknologi yang sedang dipelajari. Demontrasi dapat dilakukan dengan menunjukkan
benda baik yang sebenarnya, model, maupun tiruannya dan disertai dengan
penjelasan lisan.
Demonstrasi akan
menjadi aktif jika dilakukan dengan baik oleh guru dan selanjutnya dilakukan
oleh siswa. Metoda ini dapat dilakukan untuk kegiatan yang alatnya terbatas
tetapi akan dilakukan terus-menerus dan berulang-ulang oleh siswa.
4. Metode Pemberian Tugas
Metode pemberian
tugas adalah cara mengajar atau penyajian materi melalui penugasan siswa untuk
melakukan suatu pekerjaan. Pemberian tugas dapat secara individual atau
kelompok. Pemberian tugas untuk setiap siswa atau kelompok dapat sama dan dapat
pula berbeda.
Agar pemberian
tugas dapat menunjang keberhasilan proses pembelajaran, maka:
a. Tugas harus bisa dikerjakan oleh siswa atau
kelompok siswa,
b. Hasil dari kegiatan ini dapat
ditindaklanjuti dengan presentasi oleh siswa dari satu kelompok dan ditanggapi
oleh siswa dari kelompok yang lain atau oleh guru yang bersangkutan,
c. Di akhir kegiatan ada kesimpulan yang
didapat.
5. Metode Tanya jawab
Metode tanya
jawab adalah suatu cara mengelola pembelajaran dengan mengahasilkan
pertanyaan-pertanyaan yang mengarahkan siswa memahami materi tersebut. Metoda
Tanya Jawab akan menjadi efektif bila materi yang menjadi topik bahasan
menarik, menantang dan memiliki nilai aplikasi tinggi. Pertanyaaan yang
diajukan bervariasi, meliputi pertanyaan tertutup (pertanyaan yang jawabannya
hanya satu kemungkinan) dan pertanyaan terbuka (pertanyaan dengan banyak
kemungkinan jawaban), serta disajikan dengan cara yang menarik.
6. Mind Mapping
Suatu
metode untuk memaksimalkan potensi
pikiran dengan menggunakan otak kanan
dan otak kirinya secara simultan. Biasanya dalam bentuk power point.
Sebenarnya masih
banyak metode-metode pembelajaran. Dari keenam metode diatas adalah metode
pembelajaran yang paling sering digunakan dalam pembelajaran.
E. Hubungan Psikologi Pendidikan dengan
Teknologi Pembelajaran
Media berasal
dari bahasa latin, asal kata jamaknya adalah medium. Medium arti sederhananya
adalah ANTARA. Kembali ke istilah belajar. Belajar terjadi ketika ada interaksi
dengan sumber belajar (mengalami). Untuk berinteraksi dengan sumber belajar,
tentunya perlu “makelar” alias “perantara”. Disitulah peran penting
diperlukannya apa yang dinamakan MEDIA. Tentu saja, dalam hal ini adalah media pembelajaran.
Dengan demikian, karena dalam proses pembelajaran terjadi proses komunikasi
atau interaksi antara orang yang belajar dengan aneka sumber belajar, maka agar
komunikasi atau interaksi tersebut terjadi secara optimal dibutuhkan media
pembelajaran yang relevan tentunya.
Teknologi
pendidikan memegang peran yang penting, terutama setelah berkembangnya TIK,
dimana komputer menjadi bagian integral didalamnya. Teknologi pendidikan
merupakan pengembangan, penerapan, dan penilaian sistem-sistem, teknik-teknik
dan alat-alat baru untuk memperbaiki proses pembelajaran.
Perlu diingat,
teknologi tidak akan menggantikan guru. Teknologi pembelajaran, sebenarnya
memiliki posisi dan peran sebagai pengembang multimedia pembelajaran yang
bermutu. Tentu saja bekerjasama dengan pihak lain.
Implementasi
teknologi di bidang pendidikan perlu diintegrasikan ke dalam perencanaan
(master plan) terhadap semua aspek pengembangan pendidikan secara seimbang
(bukan secara proyek). Sering pengumuman yang muncul di media mengenai
teknologi di arena pendidikan kelihatannya kurang menilaikan penelitian dan
pengalaman di dunia pendidikan. Kasus-kasus teknologi dan pendidikan tertentu
kelihatannya juga diankat sebagai solusi umum.Memang kita wajib untuk mencari
solusi yang kreatif, tetapi kita juga wajib untuk belajar dari
pengalaman-pengalaman yang ada di dunia supaya kita tidak hanya mengulangkan
kegagalan negara lain.
Dengan
mengkombinasikan soft-technology (seperti strategi, metode pembelajaran) yang
tepat dengan hard-technology yang ada, maka seorang pengajar dapat menyulap
proses pembelajaran menjadi suatu pembelajaran yang menarik dan efektif (tujuan
tercapai). Dalam hal ini, bukan teknologi yang membuat suatu pembelajaran
berhasil, tapi ketepatan menerapkan teknologi itulah yang menyebabkan suatu
pembelajaran berhasil dengan baik.
PEMANFAATAN TIK
DALAM PENDIDIKAN BERKARAKTER
Pendidikan
karakter sangat penting dalam rangka pembangunan sumber daya manusia yang
berkualitas, bermartabat, dan berkarakter, sehingga perlu benar-benar dijaga
agar pemanfaatan TIK tidak mengganggu pembentukan karakter peserta didik,
melainkan justru mendukungnya. Mengapa? Karena tidak ada gunanya mendidik anak
menjadi sangat pintar tetapi karakternya buruk dan/atau lemah, sehingga justru
dengan kepandaiannya tersebut kelak mereka akan membuat kerusakan/kejahatan
atau menimbulkan kerugian, baik bagi diri sendiri, bagi masyarakat, maupun bagi
bangsa. Oleh sebab itu, pemanfaatan TIK dalam pendidikan perlu dirancang,
direncanakan, dilaksanakan, dan dinilai dalam rangka mengembangkan manusia
Indonesia seutuhnya seperti diuraikan di atas. Menurut Suwarsih Madya, (2011),
untuk menjaga agar pemanfaatan TIK tetap memberikan kontribusi signifikan
terhadap (1) pengembangan peserta didik menjadi manusia berkarakter dan
berkecerdasan intelektual dan (2) pemberdayaan pendidik dan tenaga kependidikan
terkait, hendaknya diterapkan prinsip-prinsip berikut:
1) Pemanfaatan TIK dalam pendidikan sebaiknya
mempertimbangkan karaktersitik peserta didik, pendidik, dan tenaga kependidikan
dalam keseluruhan pembuatan keputusan TIK.
2) Pemanfaatan TIK sebaiknya dirancang untuk
memperkuat minat dan motivasi pengguna untuk menggunakannya semata guna
meningkatkan dirinya, baik dari segi intelektual, spiritual (rohani), sosial,
maupun ragawi.
3) Pemanfaatan TIK sebaiknya menumbuhkan
kesadaran dan keyakinan akan pentingnya kegiatan berinteraksi langsung dengan
manusia (tatap muka), dengan lingkungan sosial-budaya (pertemuan, museum,
tempat-tempat bersejarah), dan lingkungan alam (penjelajahan) agar tetap mampu
memelihara nilai-nilai sosial dan humaniora (seni dan budaya), dan kecintaan
terhadap alam sebagai anugerah dari Tuhan Yang Maha Esa.
4) Pemanfaatan TIK sebaiknya menjaga bahwa
kelompok sasaran tetap dapat mengapresiasi teknologi komunikasi yang sederhana
dan kegiatan-kegiatan pembelajaran tanpa TIK karena tuntutan penguasaan
kompetensi terkait dalam rangka mengembangkan seluruh potensi siswa secara
seimbang.
5) Pemanfaatan TIK sebaiknya mendorong
pengguna untuk menjadi lebih kreatif dan inovatif sehingga tidak hanya puas
menjadi konsumen informasi berbasis TIK.
Selanjutnya,
agar penerapan pendidikan karakter melalui TIK dapat berjalan secara efektif
dalam mencapai tujuannya, para guru hendaknya mampu memberikan materinya dengan
cara-cara yang interaktif, dan mampu membuat para peserta didiknya menjadi
kreatif. Proses pembelajarannya pun harus menjadi menyenangkan dan bermakna.
Dalam konteks tersebut, peran guru dalam proses interaksi pembelajaran
hendaknya tidak terlalu dominan, tetapi lebih sering berperan sebagai
fasilitator dan motivator pembelajaran. Dengan kata lain, pembelajaran tidak
berpusat pada guru, tetapi lebih berpusat pada peserta didik atau lebih
menempatkan peserta didik sebagai subyek didik daripada sebagai obyek didik.
Lebih lanjut, dalam
proses pelaksanaan pembelajaran melalui TIK, peserta didik tidak hanya digiring
sebatas untuk mencari dan memperoleh informasi saja, tetapi juga diarahkan agar
memiliki kemampuan untuk menciptakan informasi di internet. Dengan kata lain,
dalam proses pembelajaran melalui TIK, peserta didik harus diarahkan untuk
mampu menjadi produsen pengetahuan, dan bukan hanya sebatas menjadi konsumen
pengetahuan atau penikmat teknologi saja, sehingga dapat membawa perubahan yang
lebih positif bagi peserta didik. Agar bisa menjadi produsen pengetahuan, maka
budaya baca dan tulis menulis harus benar-benar dilatihkan melalui pemanfaatan
TIK secara benar. Para guru pun harus belajar ngeblog agar mampu memberikan
keteladanan kepada para peserta didiknya. Dengan ngeblog, para guru dan siswa
akan menjadi terbiasa menulis. Sebagaimana pepatah yang mengatakan bahwa “satu
kali contoh keteladanan lebih baik daripada 1000 kali perkataan.” Para guru
harus mampu memberikan contoh yang baik dalam memanfaatkan TIK khususnya
internet secara sehat dan produktif. Dengan begitu mereka akan melihat
keteladanan dari gurunya dalam pemanfatan TIK di sekolah. Para peserta didik
pun pada akhirnya akan mengikuti pula dalam menjalankan internet sehat dengan
hati yang sehat pula. Hati yang sehat didapat dari pembinaan pendidikan budaya
dan karakter yang terus dikembangkan oleh para guru.
Dalam
memanfaatkan TIK, perlu juga ditanamkan rasa malu dalam diri peserta didik dan
aturan yang tegas agar anak-anak:
(a) tidak bersentuhan dengan pornografi,
(b) tidak melakukan plagiasi, dan
(c) tidak dibiarkan untuk terus menerus
mengkonsumsi games atau permainan online lainnya di internet yang mengasyikkan.
Jika kita biarkan anak didik kita hanya menkonsumsi game online secara terus
menerus, maka kita akan menghasilkan sebuah generasi para gamer, dan bukan
programer, yaitu sebuah generasi yang mampu menciptakan berbagai games atau
permainan yang mengasyikkan. Progamer sangat kita perlukan dalam membuat
konten-konten edukatif. Dengan begitu pendidikan ini akan maju dan sejajar
dengan negara lainnya. Dalam proses pembelajaran TIK, hendaknya peserta didik
tidak hanya diarahkan untuk kelas operator saja tetapi menjadi programer aktif
yang membuat mereka kreatif dalam membuat program-program inovatif yang dapat
dibanggakan. Lihatlah Fahma, sosok penemu software termuda di dunia. Dia
terlahir dari anak Indonesia yang bertempat tinggal di kota Bandung. Itulah
salah satu contoh dimana pendidikan budaya, dan karakter terintegrasi dengan
TIK dalam proses pembelajarannya. TIK harus benar-benar dimanfaatkan dengan
tujuan para peserta didik mampu mendengarkan dengan baik, berbicara, membaca,
dan menulis. Dengan begitu mereka akan mampu menyampaikan pesannya kepada
khalayak ramai dan membuat diri mereka menjadi orang hebat luar biasa karena
memiliki kemampuan berbahasa secara baik. Semua hal di atas itu harus
terintegrasikan dalam pendidikan karakter yang berbasis TIK. TIK harus
dimanfaatkan sebagai sarana untuk menerapkan nili-nilai dasar pendidikan
karakter, dan dapat dimanfaatkan sebaik-baiknya agar para generasi bangsa ini
mampu mengembangkan kreativitasnya.
Salah satu
contoh yang paling mudah dalam pendidikan karakter diantaranya adalah penanaman
nilai kejujuran. Para guru harus mampu menanamkan kejujuran dalam diri setiap
peserta didik. Tak berkata bohong (dusta) dan mampu berkata benar dalam segala
sikap dan tingkah lakunya. Nilai-nilai kejujuran tersebut dapat ditanamkan dan
dikontrol melalui media facebook yang sedang booming saat ini, baik dikalangan
anak-anak maupun orang dewasa. Sikap dan perkataan jujur peserta didik akan
dengan mudah tertangkap jelas dari facebook para guru, bila para peserta
didiknya telah berteman dengannya. Oleh karena itu media facebook dapat
dijadikan untuk sarana membangun komunikasi yang lebih dekat antara guru dengan
para siswanya. Melalui facebook guru dapat mengajak dialog atau diskusi dengan
para siswa, sehingga dapat terjalin komunikasi yang positif antara guru dan
siswa. Terjadinya komunikasi yang positif antara guru siswa akan dapat membantu
meningkatkan kualitas interaksi pembelajaran dan mengefektifkan pencapaian
tujuan pembelajaran, disamping dapat untuk mengarahkan sikap dan perilaku siswa
ke arah yang lebih baik. Nilai karakter lain yang perlu ditanamkan melalui TIK
adalah budaya baca. Budaya baca yang mulai hilang dari dunia anak-anak kita
harus sudah digiatkan kembali dengan konten-konten edukasi yang dibuat sendiri
oleh para guru melalui blog atau website sekolah. Di sinilah para guru harus
mampu menulis, dan membuat para peserta didiknya menjadi gemar membaca.
Konten-konten atau materi pelajaran itu bisa dimasukkan dalam server aplikasi
MOODLE atau Blog yang berbasis Content Management System (CMS). Di tempat itu,
para guru dapat kreatif membuat sendiri media pembelajarannya. Para guru pun
dapat membuat tes atau ujian secara online. Alangkah indahnya jika para peserta
didik kita mampu berinternet secara sehat, menyebarkan berita dengan benar, dan
mampu menceritakan pengalamannya yang mengesankan dalam blog-blog mereka. Dengan
begitu kemampuan menulis mereka pun akan terasah dengan baik, karena sering
menulis di blog. Selanjutnya, agar pendidikan karakter dapat berjalan secara
komprehensif dalam proses pendidikan di sekolah, maka penerapan pendidikan
karakter di sekolah perlu memegang prinsip-prinsip sebagai berikut:
1) Berkelanjutan mengandung makna bahwa proses
pengembangan nilai-nilai budaya dan karakter bangsa merupakan sebuah proses
panjang dimulai dari awal peserta didik masuk sampai selesai dari suatu satuan
pendidikan.
2) Melalui semua mata pelajaran, pengembangan
diri, dan budaya sekolah.
3) Nilai tidak diajarkan tapi dikembangkan
mengandung makna bahwa materi nilai-nilai budaya dan karakter bangsa bukanlah
bahan ajar untuk pembelajaran biasa.
4) Proses pendidikan dilakukan peserta didik
secara aktif dan menyenangkan.
0 komentar :
Posting Komentar